Senin, 30 November 2015

Cara Kerja Malaikat Maut

              Sebagian Para Nabi berkata kpd Malaikat pencabut Nyawa. “Tidakkah kau memberi aba2 atau peringatan kepada manusia bahwa kau datang sebagai malaikat pencabut nyawa sehingga mereka akan lebih hati-hati?” Malaikat itu menjawab. “Demi Allah, aku sudah memberi aba-aba & tanda-tanda yang sangat banyak berupa sakit, uban, kurang dengar, kurang penglihatan (utama ketika sudah tua). Semua itu peringatan bhw sebentar lagi aku akan menjemputnya. Apabila setelah datang aba-aba tadi ia tidak segera bertobat & tidak mempersiapkan bekal yg cukup, maka aku akan serukan kepadanya ketika aku cabut nyawanya: “Bukankah aku telah memberimu banyak aba-aba & peringatan bahwa aku sebentar lagi akan datang? Ketahuilah, aku adalah peringatan terakhir, setelah ini tdk akan datang peringatan lainnya “ (Imam Qurthubi)

              Nabi Ibrahim pernah bertanya kpd Malaikat maut yg mempunyai dua mata di wajahnya & dua lagi tengkuknya. “Wahai malaikat pencabut nyawa, apa yg kau lakukan seandainya ada dua org yg mati di saat yg sama; yg satu berada di ujung timur yg satu berada di ujung barat, serta di tmp lain tersebar penyakit yg mematikan & 2 ekor binatang melata pun akan mati?” Malaikat pencabut nyawa berkata:” Aku akan panggil ruh2 tsb, dg izin Allah, shg semuanya berada diantara dua jariku, Bumi ini aku bentangkan lalu aku biarkan spt sebuah bejana besar & dpt mengambil yg mana saja sekehendak hatiku “(HR abu Nu’aim)

ORANG MATI MENDENGAR TAPI TIDAK BISA MENJAWAB.
              Rasullullah saw memerintahkan agar mayat-mayat orang kafir yang tewas pada perang badar dilemparkan ke sebuah sumur tua. Lalu beliau mendatanginya & berdiri di hadapannya. Setelah itu, beliau memanggil nama mereka satu-satu: “Wahai fulan bin fulan, fulan bin fulan, apakah kalian mendapatkan apa yg telah dijanjikan oleh Tuhan kalian untuk kalian betul-betul ada? Ketahuilah sesungguhnya aku mendapatkan apa yg dijanjikan Tuhanku itu benar-benar ada & terbukti.”
Umar lalu bertanya kepada Rasulullah. “Wahai Rasul, mengapa engkau mengajak bicara org2 yg sdh menjadi mayat?”


Rasulullah menjawab. “Demi Tuhan yg mengutusku dengan kebenaran, kalian memang tdk mendengar jawaban mereka atas apa yg tadi aku ucapkan, Tapi ketahuilah, mereka mendengarnya, hanya saja tidak dapat menjawab” (HR Bukhari Muslim)

Kamis, 05 November 2015

Perbandingan Antara Kehidupan Dunia dan Akhirat

Dunia dan akhirat sungguh adalah suatu hal yang sangat jauh berbeda. Kehidupan dunia adalah kehidupan sementara sebagai ladang untuk mengumpulkan bekal berupa amal kebajikan untuk menuju kepada akhirat. Sedangkan akhirat adalah tempat di mana kita akan menjalani hidup setelah mati dan tidak ada kematian lagi setelah itu. Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya dan kehidupan dunia hanyalah sandiwara belaka. Tidak ada yang teristimewa dunia bila dibandingkan dengan akhirat. Yang mana dunia adalah tempat yang sementara dan akhirat tempat yang kekal. Berbagai kenikmatan dunia tidak sebanding dengan kenikamatan akhirat, karena kenikmatan akhirat sungguh luar biasa. Begitu juga dengan siksaan-siksaan dikahirat nanti, sungguh tidak ada bandingan dengan kesengsaraaan di dunia ini.
Pernah Rasulullah menceritakan suatu kejadian dihari kiamat, Dari Anas r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan didatangkanlah orang yang terenak kehidupannya di dunia dan ia termasuk golongan ahli neraka pada hari kiamat nanti, lalu diceburkan dalam neraka sekali ceburan (sesaat saja), lalu dikatakan: "Hai anak Adam (yakni manusia), adakah engkau dapat merasakan sesuatu kebaikan (keenakan dimasa sebelumnya) sekalipun sedikit? Adakah suatu kenikmatan yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?" Ia berkata: "Tidak, demi Allah, ya Tuhanku"- yakni setelah merasakan pedihnya siksa neraka walau sesaat, maka kenikmatan-kenikmatan dan keenakan-keenakan di dunia itu seolah-olah lenyap sama sekali. Juga akan didatangkanlah orang yang paling menderita kesengsaraan di dunia dan ia termasuk ahli syurga, lalu ia dimasukkan sekali masuk dalam syurga (sesaat saja), lalu dikatakan padanya: "Hai anak Adam, adakah engkau dapat merasakan sesuatu kesengsaraan, sekalipun sedikit? Adakah suatu kesukaran yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?" Ia menjawab: "Tidak, demi Allah, tidak pernah ada kesukaranpun yang menghampiri diriku dan tidak pernah saya melihat suatu kesengsaraan pun sama sekali," (yakni) setelah merasakan kenikmatan syurga, maka kesengsaraan dan kesukaran yang pernah diderita di dunia itu seolah-olah lenyap sekaligus. (Riwayat Muslim). Nah, sebenarnya apa sih yang membanggakan dari dunia sedangkan Allah menawarkan hal yang luar biasa diakhirat. Apakah mungkin karena rendanya pengetahuan tentang agama? Tidak, banyak orang yang menetahui agama tapi juga tidak mneghiraukannya. Alasan utamanya adalah mereka disibukkan oleh mengejar kepada kekayaan-kekayaan dunia yang diiringin oleh hasutan-hasutan pengkhianat Allah yaitu iblis. Mereka dilalaikan oleh kekayaan tersebut sehingga terus berlomba untuk mencapai nafsu duniawi. Seperti firman Allah berikut ini, أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ - حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ- كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُو - نَثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ - كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ - لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ - ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ - ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (Surah At-takatsur : 1-8). Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan. Jika ketaatan sudah mulai pudar, dikhawatirkan agama akan goyah. Oleh sebab itu, rasulullah pernah bersabda dalam haditsnya, Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. duduk di atas mimbar dan kita duduk di sekitarnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya salah satu yang saya takutkan atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan harta dunia serta hiasan-hiasannya (yakni) bahwa meluapnya kekayaan pada umat Muhammad inilah yang amat ditakutkan, sebab dapat merusakkan agama jikalau tidak waspada mengendalikannya." (Muttafaq'alaih) Para pembaca yang budiman, Sungguh kehidupan ini jikalau tidak dikendalikan sesuai dengan akhidah dan tuntunan agama, maka sasaran dari skenario kehidupan kita akan sia-sia. Kita dituntut untuk memerankan hal terbaik dan berlomba-lomba dalam beramal namun malah kebalikan, kenyataan manusia sekarang sudah terperdaya oleh meluapnya harta, seakan-akan mereka bisa memeproleh segalanya dengan harta yang mereka miliki. Padahal tidak sesuatu apapun yang kita bawa dari dunia kecuali amal ibadah yang shalih sebagai hasil dari tiap akting dan peran kita didunia dan dari setiap hal yang pernah dititpkan. Tidak ada satu pun yang kita bawa ke alam berdhah (alam kubur) kecuali amalan shalih. Seperti yang dijelaskan rasulullah SAW., "Ada tiga macam mengikuti mayat itu- ketika di bawa ke kubur, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan satu tetap tinggal menyertainya. Keluarga dan hartanya kembali sedang amalnya tetap mengikutinya." (Muttafaq 'alaih) Dan dunia ini bukanlah apap-apa bila dibanding kena dengan kehipan akhirat. Apa yang terdapat di dunia adalah bagian yang paling kecil yang ada di akhirat kelak, baik itu kenikmatan mahupun siksaan. Jika suatu kenikmatan yang kita rasakan teramat nikmat maka kenikmatan itu akan berlipat ganda diakhirat kelak. Seperti sabda berikut ini, Dunia dan akhirat sungguh adalah suatuhal yang sangat jauh berbeda. Kehidupan dunia adalah kehidupan sementara sebagai ladang untuk mengumpulkan bekal berupa amal kebajikan untuk menujukepada akhirat. Sedangkan akhirat adalah tempat di mana kita akan menjalani hidup setelah mati dan tidak ada kematian lagi setelah itu. Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya dan kehidupan dunia hanyalah sandiwara belaka.Dari al-Mustaurid bin Syaddad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah (berarti) dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sesuatu yang seorang diantara engkau semua menjadikan jarinya masuk dalam air lautan, maka cobalah lihat dengan apa ia kembali (yakni) seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu, jadi dunia itu sangat kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di jari tadi banyaknya-." (Riwayat Muslim) Seberapa luaskan lautan itu, dan seberapa besarkah ujung jari kita? Tidak ada banding, sungguh tidak ada banding. Bahkan dengan telapak tangan juga tidak tertandingi apalagi dengan lautan. Dan juga sesungguhnya Dunia ini bahkan lebih hina dari sebuah bangkai. Siapapun didunia ini tidak akan tergerak hatinya untuk membeli bangkai walau hanya satun sen. Itu adalah sebab dari kehinaan dari bangkai tersebut. Bagaimana dengan dunia, mengapa orang terlalu berlomba-lomba kepada dunia? Itu adalah sebab rendahnya keimanan sehingga dengan mudah terperdaya oleh kenikmatan-kenikmatan yang menyesatkan. Dari Jabir r.a. pernah menceritakan bahwasanya suatu ketika Rasulullah s.a.w. berjalan melalui pasar, sedang orang-orang ada di sebelahnya kiri kanan. Kemudian melalui seekor anak kambing kecil telinganya dan telah mati. Beliau s.a.w. menyentuhnya lalu mengambil telinganya, terus bertanya: "Siapakah diantara engkau semua yang suka membeli ini dengan uang sedirham?" Orang-orang menjawab: "Kita semua tidak suka menukarnya dengan sesuatu apapun dan akan kita gunakan untuk apa itu?" Beliau bertanya lagi: "Sukakah engkau semua kalau ini diberikan (gratis) saja padamu." Orang-orang menjawab: "Demi Allah, andaikata kambing itu hidup, tentunya juga cacat karena ia kecil telinganya. Jadi apa harganya lagi setelah kambing itu mati?" Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada kambing ini bagimu semua." (Riwayat Muslim) Kehinaan dunia sesungguhnya tidak tampak oleh kaca mata kita kaum awam. Kita tidak pernah menyadari bahwa dunia ini lebih hina dari bangkai. Seakan dunia menawarakan sejuta pesona keabadian, yang sebenarnya itu adalah rongrongan setan dan iblis untuk menyesatka umat manusia. Maka oleh sebab itu, jadilah hamba yang memiliki peran yang baik didunia ini dan mendapat predikat terbaik di sisi Allah SWT. karena sesunggnya setiap amalan akan dipertanyakan oleh Allah SWT. tidak akan ada satupun yang tertinggal karena semunya telah dicatat oleh malaikat-malaikat Allah. Pertanyaan pertanyaan itu akan ditanyakan kepada siapapun, baik laki-laki mauhupun perempuan, baik yang kaya mahupun yang miskin. Karena siapapun anak Adam akan dipertanyakan pada hari kiamat nanti. Pertanyaan apakah itu? Rasulullah bersabda, Seorang anak Adam sebelum menggerakkan kakinya pada hari kiamat akan ditanya tentang lima perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya; (2) Tentang masa mudanya, apa yang telah dilakukannya; (3) Tentang hartanya, dari sumber mana dia peroleh dan (4) dalam hal apa dia membelanjakannya; (5) dan tentang ilmunya, mana yang dia amalkan. (HR. Ahmad) Semua itu menyangkut dengan dunia, dunia, dan dunia, semuanya tentang kehidupan dunia. Kehidupan dunia hanya akan memberatkan apabila amalan shalih kita kurang dan senantiasa selalu terperdaya oleh harta. Maka oleh sebab itu, mulailah suatu yang baik dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Dan semoga Allah selalu memberikan petunjuk nya kepada kita. Aamiin aamiin yarabbal ‘alamiin.

Sabtu, 19 September 2015

Tingkatkan Taat di 10 Awal Dzulhijjah

Hasil gambar untuk idul adha 2015
Kita sekarang sudah memasuki bulan mulia, bulan di dalamnya ada lebaran haji dan kurban, yaitu bulan Dzulhijjah.
Dan sepuluh hari di awal bulan ini adalah merupakan jenak-jenak waktu yang sangat berharga bagi siapa saja yang menghendaki rahmat Allah swt., karena hari-hari ini lebih afdhol dibandingkan hari-hari setahun lainnya secara mutlak.
Allah swt. dalam Al Qur’an telah bersumpah dengan malam-malam sepuluh hari awal bulan ini, hal ini membuktikan bahwa waktu ini sangatlah istimewa, memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah swt, adalah hari-hari untuk meningkatkan amal shaleh, dan karena itu mendapatkan apresiasi yang besar dan balasan yanng melimpah dari sisi Allah swt. Allah berfirman:
“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh. Dan yang genap dan yang ganjil.” Al Fajr:1-3.
“Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw. : “Puasa hari Asyura, Puasa 1-8 zulhijjah, 3 hari tiap bulan dan dua rakaat sebelum fajar.” Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i.
Dari Ibni Abbas ra bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah dari hari ini, (yaitu 10 hari bulan Zulhijjah).” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah saw., dibandingkan dengan jihad fi sabilillah?” . “Meskipun dibandingkan dengan jihad fi sabililllah.” Riwayat Jamaah kecuali Muslim dan Nasa’i.
Pada hari-hari ini ada momentum yang sangat berharga, yaitu hari Arafah, siapa yang melaksanakan shaum sunnah pada waktu tersebut, maka dosanya akan diampuni satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang.
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم عرفة قال يكفر السنة الماضية والباقية – اخرجه مسلم في الصحيح
“Rasulullah saw. ditanya tentang shaum hari Arafah, beliau menjawab: “Shaum Arafah menghapus dosa satu tahun yang telah lewat dan satu tahun yang akan datang.” Imam Muslim dalam sahihnya.
Hari-hari ini merupakan puncak prosesi ibadah haji, waktu-waktu mahal bagi seseorang yang melaksanakan ibadah ke tanah suci. Rasulullah saw. bersabda:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ وَالْعُمْرَتَانِ أَوْ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ يُكَفَّرُ مَا بَيْنَهُمَا
“Haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga. Dan dua umrah atau antara umrah satu dengan umrah berikutnya, menghapus kesalahan antara keduanya.” Imam Ahmad dalam musnadnya.
Di antara hari-hari inilah ada yang disebut dengan “Al Hajjul Akbar”, yaitu hari penyembelihan, penyembelihan hewan kurban yang hukumnya sunnah mu’akkadah, sunnah yanng sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. dilaksanakan setelah shalat Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari ketiga berikutnya, 11,12, dan 13 Dzulhijjah, yang dikenal dengan “ayyamun nahr” -hari-hari penyembelihan-.
“Barangsiapa memiliki kelapangan riski, namun tidak menyembelih hewan kurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” Imam Ahmad dan Ibnu Majah. Allahu a’lam


Kamis, 17 September 2015

Manipulasi Iblis




فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua. (QS. Al-A’rof: 20-21)
Kisah ini adalah kisah yang telah lama diketahui oleh manusia, yaitu kisah antara Adam, Hawa dan iblis. Kisah yang diabadikan dalam Al-Quran dengan pengambaran yang sangat gamblang dan jelas, yang diceritakan langkah demi langkah, tentu memberikan sebuah gambaran kepada kita bahwa ketika Bapak dan Ibu dari seluruh manusia itu digoda oleh iblis, maka anak keturunannyapun tidak luput dari godaan itu. Seperti itulah ikrar iblis kepada Allah ketika diusir dari surga.
“Sungguh saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus”. (QS. Al-A’rof: 16)
Langkah-langkah yang ternyata telah berhasil membuat Adam dan Hawa tertipu akan selalu digunakan oleh iblis untuk menggoda anak keturunan Adam. Namun jurus-jurus yang sudah diketahui itu kadangkala sering tidak disadari, sehingga kembali membuat manusia tertipu.
Manusia telah dimuliakan Allah, diumumkan kelahirannya kepada makhluk tertinggi dalam majelis para malaikat, para malaikat diperintahkan sujud kepada Adam. Manusia diberikan dua potensi berupa kebaikan dan keburukan, petunjuk dan kesesatan. Pada dirinya terdapat kelemahan tertentu, kalau ia tidak konsisten pada perintah Allah maka dari titik-titik kelemahan itulah ia dapat dimasuki oleh setan.
Bisikan setan ini tidak diketahui bagaimana caranya, akan tetapi kita dapat mengetahui sasarannya berdasarkan informasi yang benar dari Al-Quran, sasaran penyesatan itu adalah titik kelemahan pada diri manusia. Setan mempermainkan kecenderungan manusia yang tersembunyi, manusia ingin kekal, diberi umur yang panjang sehingga sepertinya kekal, manusia juga ingin memiliki kepemilikan yang tak terbatas padahal usia mereka pendek dan terbatas.
Dalam ayat ini diketahui bahwa manipulasi yang digunakan iblis adalah: “An takuunaa malakaini au takuunaa minal khalidin.”
Dalam penjelasan qiroah malakaini ada dua bacaan yang dapat dijadikan pengertian untuk memahamai maksud dari ayat ini. Bacaan pertama adalah: malikaini yaitu huruf lam dibaca kasroh yang berarti dua orang raja, yakni raja dan ratu, bacaan ini dikuatkan oleh nash lain dalam surat Thaaha: “Maukah aku tunjukan kepada kalian berdua, kepada pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah”. (QS. Thaha: 120)
Atas dasar bacaan ini, maka manipulasi ini adalah kekuasaan yang abadi dan umur yang kekal. Keduanya merupakan syahwat atau kecenderungan yang paling kuat dalam diri manusia.
Bacaan kedua adalah malakaini, huruf lam dibaca fathah yang berarti dua malaikat, maka manupulasi setan itu adalah dengan melepaskan manusia dari ikatan-ikatan fisik seperti malaikat yang kekal.
Ketika Iblis ini mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah ini, dan larangan ini terasa berat dalam jiwa mereka, maka untuk menggoyang hati mereka, iblis menimbulkan khayalan dan angan-angan kepada mereka, di samping juga mempermainkan syahwat dan keinginan mereka. Bahkan iblis memperkuat dengan sumpah bahwa ia adalah pemberi nasehat yang berlaku jujur.
Adam dan istrinya lupa karena pengaruh dorongan syahwat dan sumpah setan yang penuh tipu daya bahwa setan adalah musuh mereka yang tidak mungkin menunjukkan mereka kepada kabaikan.
Sayyid Qutb dalam tafsirnya menjelaskan bahwa, “Sesungguhnya iblis hanya mendatangi mereka dari titik kelemahan mereka dan tempat masuknya syahwat. Tidak ada yang dapat melindungi manusia dari godaan setan itu kecuali dengan memperkuat iman dan zikir, memperkuat pertahanan dari penyesatan dan bisikan jahatnya, mengalahkan syahwat dan menundukan hawa nafsu kepada petunjuk Allah.”
Manusia dapat saja berbuat keliru dan lupa. Pada dirinya terdapat kelemahan yang dapat dimasuki setan, ia tidak selamanya patuh dan tidak selamanya istiqomah. Akan tetapi ia dapat mengejar kekeliruannya, mengakui kesalahannya, menyesali perbuatan, dan memohon pertolongan dan ampunan kepada Tuhannya. Karena manusia mempunyai potensi untuk kembali ke jalan yang benar dan bertaubat , tidak keterusan dalam maksiat sebagaimana halnya setan.
Ketika manusia menyadari akan kekeliruannya dan terjatuh dalam kemaksiatan maka ucapan yang keluar adalah seperti ucapan yang keluar dari dari bibir Adam dan Hawa:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rof: 32)
Dengan mengetahui manipulasi iblis tersebut, diharapkan kita menjadi waspada terhadap hal-hal serupa yang menjadi tempat sasaran iblis dalam menggoda dan menyesatkan manusia. Wallahu a’lam bisshowab.



Rabu, 26 Agustus 2015

Lima Kisah Hidup Kembali setelah Mati di Dalam Al Qur`an



Suatu perkara yang wajib diimani dan tidak boleh diragukan adalah kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Pada tulisan kali ini, kami akan menyebutkan lima kisah tentang hidupnya kembali seseorang atau suatu kaum setelah diwafatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang disebutkan di dalam surat Al Baqarah.

1. Kisah tujuh puluh orang umat Nabi Musa ‘alaihis salam mati tersambar petir.

Kejadian ini terjadi ketika sebagian umat Nabi Musa ‘alaihis salam yang berjumlah tujuh puluh orang menuntut kepada beliau agar dapat menunjukkan wujudnya Allah ta’ala kepada mereka secara jelas dan terang. Jika Musa tidak mampu untuk memenuhi permintaan mereka tersebut, maka mereka tidak bersedia untuk beriman kepada Musa.

Namun ternyata Allah tidak menyukai perilaku mereka itu dan murka terhadap mereka. Allah pun menurunkan azab kepada mereka dengan menyambarkan petir kepada mereka. Ketika petir itu menyambar sebagian dari mereka, sebagian orang yang lainnya menyaksikan hal tersebut hingga kemudian merekapun disambar oleh petir pula.

Setelah mereka semua mati akibat disambar petir, barulah Allah menghidupkan mereka kembali agar mereka sadar dan mau bertaubat dari kesalahan mereka tadi.

Kejadian ini Allah sebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 55-56:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“(Ingatlah) ketika kalian berkata: “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas!” sehingga karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian saling menyaksikan (satu sama lain). Setelah itu Kami bangkitkan kalian sesudah kalian mati agar kalian bersyukur.”

2. Peristiwa terbunuhnya seseorang dari kaum Nabi Musa ‘alaihis salam.

Pada suatu hari, ada seorang umat Nabi Musa ‘alaihis salam yang mati terbunuh dan pelaku pembunuhannya tidak diketahui. Terjadilah perselisihan di antara sesama mereka dan saling tuduh-menuduh dengan mengatakan: “Kalianlah yang membunuh orang itu!” Lalu yang lain membalas: “Justru kalianlah yang sebenarnya membunuh dia!”

Akhirnya mereka melaporkan kejadian ini kepada Nabi Musa. Lalu beliau memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina dengan ciri-ciri khusus. Setelah sapi betina itu disembelih, lalu Allah memerintahkan untuk mengambil salah satu bagian dari anggota tubuh sapi betina tersebut untuk kemudian dipukulkan kepada orang yang telah mati dibunuh tadi.

Setelah orang mati itu dipukul dengan salah satu bagian anggota tubuh sapi betina tersebut, lalu tiba-tiba orang mati itu menjadi hidup kembali. Lalu orang-orang menanyakan kepada dia siapakah orang yang telah membunuhnya. Diapun kemudian memberitahukan kepada mereka nama orang yang telah membunuhnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (72) فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِ اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“(Ingatlah), ketika kalian membunuh jiwa (seorang manusia) lalu kalian saling tuduh menuduh tentang itu, dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kalian sembunyikan. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian berpikir.” [QS. Al Baqarah: 72-73]

3. Kisah penduduk negeri yang pergi menghindari wabah penyakit menular.

Pada masa dahulu kala di suatu negeri, terjangkitlah suatu wabah penyakit menular yang sangat berbahaya sehingga dapat menyebabkan kematian. Karena takut akan kematian, maka merekapun pergi meninggalkan negeri tersebut. Jumlah mereka cukup banyak, yaitu mencapai ribuan orang. Mereka menyangka bahwa dengan pergi keluar dari negeri tersebut mereka akan selamat dari kematian.

Ternyata persangkaan mereka itu adalah salah. Demi menunjukkan kekuasaan-Nya, Allah mematikan mereka seluruhnya. Setelah beberapa waktu lamanya mereka mati, akhirnya Allah kembali menghidupkan mereka agar mereka menyadari bahwa kematian itu sepenuhnya merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari dan bahwasanya Allah itu berkuasa untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati.

Kisah ini Allah ceritakan di dalam surat Al Baqarah ayat 243:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sebanyak ribuan orang karena takut mati, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kalian!”, kemudian Allah menghidupkan mereka (kembali). Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”

4. Kisah seorang musafir.

Pada suatu ketika, ada seseorang yang melakukan perjalanan dengan menunggangi keledai. Setelah beberapa lama melakukan perjalanan, sampailah dia di sebuah kota yang tidak berpenghuni lagi dan bangunan-bangunan di sana sudah banyak yang roboh dan rusak.

Dia mengamati kota tersebut dan merasa takjub. Muncul di pikirannya bahwa kota yang penduduknya telah mati dan bangunannya telah hancur dan rusak parah sedemikian rupa, bagaimanakah caranya bila Allah ingin menghidupkan dan mengembalikan kota ini seperti sedia kala.

Lalu Allah mematikan orang tersebut selama seratus tahun, sehingga tinggallah keledai dan bekal makanan dan minumannya begitu saja di situ. Tak berapa lama kemudian, keledai itupun ikut mati di dekatnya.

Setelah seratus tahun berlalu, Allah menghidupkan kembali orang tersebut dan bertanya kepadanya: “Berapa lama engkau berada di sini?” Orang itu menjawab: “Saya baru berada di sini sekitar setengah hari atau satu hari saja.” Allah berkata: “Sebenarnya engkau telah berada di sini selama seratus tahun. Coba engkau lihat bekal makanan dan minumanmu, ia masih belum berubah. Lihatlah pula keledaimu, Kami ingin menjadikanmu sebagai bukti tanda kekuasaan-Ku kepada umat manusia. Perhatikanlah tulang keledaimu, bagaimanakah cara Kami menyusun dan menyambungnya kembali satu sama lain, kemudian setelah itu Kami balut ia dengan daging.”

Setelah orang itu melihat tanda kekuasaan Allah yaitu bagaimana Allah menghidupkan kembali binatang yang telah mati dan menjadi tulang belulang yang berserakan, diapun berkata: “Saya telah meyakini bahwasanya Allah itu Maha berkuasa atas segala sesuatu.”

Kisah ini disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam surat Al Baqarah ayat 259:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Atau (tidakkah kamu tidak memperhatikan kisah) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah ia hancur?” Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Dia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

5. Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menyembelih burung.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah seorang yang sangat yakin akan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Akan tetapi muncul di dalam hatinya suatu keinginan untuk dapat menyaksikan hal ini secara langsung dengan mata kepalanya sendiri sehingga keimanannya menjadi semakin kuat dan mantap. Oleh karena itu, beliau memohon kepada Allah agar dapat ditunjukkan kepadanya hal tersebut.

Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim. Untuk itu, Allah memerintahkan beliau untuk menangkap hidup-hidup empat ekor burung, kemudian dikumpulkan, dan setelah itu barulah dipotong-potong hingga menjadi bagian-bagian yang kecil. Kemudian setelah itu, beliau diperintahkan untuk menyebarkan potongan-potongan kecil dari keempat ekor burung tadi secara merata di beberapa buah gunung.

Setelah selesai melakukan hal tersebut, Allah ‘azza wa jalla memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk memanggil keempat burung tersebut. Kemudian tiba-tiba, beliau melihat suatu kejadian yang sangat menakjubkan, yaitu potongan-potongan burung tadi kembali bersatu dan menjadi empat ekor burung yang utuh dan sempurna seperti semula dan semuanya berkumpul kembali ke hadapan Nabi Ibrahim.

Kisah ini Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 260:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Wahai Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku). Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwasanya Allah itu ‘Aziz (Maha Perkasa) lagi Hakim (Maha Bijaksana).”

Demikianlah lima kisah yang menunjukkan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.

Minggu, 16 Agustus 2015

Benarkah Tumbuhan Bertasbih Kepada Allah?



"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." [QS. Al-'Isrā' ayat 44]

Demikianlah arti dari surat Al-'Isrā' ayat 44 yang menerangkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi termasuk pepohonan, mereka semua bertasbih memuji yang telah menciptakannya, Allah SWT.

Tumbuhan bertasbih? mungkin terdengar konyol apabila kita hanya melihat tumbuhan sebagai makhluk hidup yang bahkan tidak bisa berbicara sama sekali, namun mari kita baca pengakuan dari Prof. William Brown yang telah meneliti tumbuhan dan ia menemukan kebenaran dari Alquran.


Benarkah Tumbuhan Bertasbih Kepada Allah?



Majalah sains ternama, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkapkan bahwa ada sekelompok ilmuwan yang mengadakan sebuah penelitian terhadap tumbuh-tumbuhan.

Hingga pada akhirnya, para peneliti tersebut mendapati tumbuhan-tumbuhan tersebut ternyata mengeluarkan suara-suara halus yang tidak dapat didengar oleh telinga biasa. Namun, suara tersebut berhasil direkam dan disimpan pada sebuah alat perekam khusus yang mampu mendengar suara-suara tersebut.

Para ilmuwan tersebut menghabiskan waktu lebih dari 3 tahun untuk meneliti fenomena yang baru mereka dapati selama ini. Mereka berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope.

Para ilmuwan tersebut akhirnya bisa memvisualkan detak suara tersebut, mereka melihat bahwa denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik.

Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut.

Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengang tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India.

Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Namun, ilmuwan muslim itu berkata: "Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1.400 tahun yang lalu."

Para ilmuwan yang hadir dibuat tersentak oleh perkataan ilmuwan muslim tersebut, mereka meminta kepada ilmuwan tersebut untuk menunjukkan tafsir dan makna dari fenomena tersebut.

Kemudian, sang ilmuwan muslim tersebut membacakan firman Allah:

"...Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." [QS. Al-'Isrā' ayat 44]

Setelah mendengar jawaban ilmuwan muslim tersebut, Prof. William Brown menemui ilmuwan tersebut untuk mempelajari Islam lebih jauh lagi. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah Alquran dan terjemahnya kepada sang profesor.

Selang beberapa hari setelah itu, P
rofesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnich–Miloun, ia mengatakan:

"Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan syahadatain: "Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".

Profesor William Brown akhirnya menegaskan keislamannya dihadapan para hadirin dan membuat mereka tercengang.